[Movie Review] Pendekar Tongkat Emas

Pertama kali ngeliat teaser film ini gua cuma bisa bilang "Wow dan Wow". Wow yang pertama jarang-jarang di era sekarang ini sineas Indonesia membuat film bertema silat. Dan Wow yang kedua waktu liat deretan aktor dan aktris yang maen di film ini WOW,, Christine Hakim, Nicholas Saputra, Eva Celia, Reza Rahadian bahkan Om Slamet Raharjo juga ikut bagian di film ini. Dan gua tambah Wow setelah tau film ini ternyata menghabiskan bajet sebesar Rp 25 milyar untuk produksi nya. Menimbulkan ekspektasi tinggi untuk film garapan Sutradara Ifa Isfansyah dan Produksi Miles Film ini.

Pendekar Tongkat Emas bercerita tentang pendekar silat terhebat, Cempaka (Christine Hakim) yang memiliki 4 orang murid, Dara (Eva Celia), Biru (Reza Rahadian), Gerhana (Tara Basro), dan Angin (Aria Kusumah). Cempaka yang sudah sakit-sakitan ingin mewariskan Tongkat Emas dan Jurus terhebatnya "Pendekar Tongkat Emas Melingkar Bumi" ke salah satu muridnya. Keputusan Cempaka untuk memilih Dara sebagai pewaris tongkat emas tidak bisa diteruma oleh Biru dan Gerhana. Biru dan Gerhana merencanakan pengkhianatan untuk merebut tongkat emas dari tangan Dara. Dara yang ilmu silatnya belum terlalu tinggi itu pun harus menerima kenyataan bahwa dia diikhianati oleh saudara seperguruannya sendiri. Dengan bantuan Elang (Nicholas Saputra), Dara pun mempelajari jurus "Pendekar Tongkat Melingkar Bumi" dan berusaha merebut kembali tongkat emas dari tangan Biru.

Daya tarik film ini terletak pada adegan laga yang dikemas seserius mungkin. Mira Lesmana sebagai produser sengaja mendatangkan fighting instructur terkenal dari Hongkong, Xiong Xin Xin. Melalui sentuhan instruktur adegan laga itulah, aktor-aktor seperti Reza Rahadian, Nicolas Saputra, Tara Basro, Eva Cecilia dan bahkan Christine Hakim bisa “bertarung” layaknya pendekar sakti. Penggunaan dialog dengan bahasa Indonesia yang baku juga menjadi nilai plus untuk film ini.
Selain itu, daya tarik film ini terletak pada environment dimana lokasi syuting film ini diambil di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Adegan peristiwa dan tampilan-tampilan Landscape Pulau Sumba menjadi daya magnet dan menimbulkan kesan eksotisme tersendiri pada waktu menonton film ini.

Terlepas dari daya tarik yang gua sebutkan di atas, film ini tidak lepas dari kekurangan-kekurangan minor tapi justru membuat film ini tampil secara tidak optimal. Seperti Ekspresi-ekspresi para figuran yang terlihat sangat datar, Scane-scane pendek yang muncul yang justru menurut gua nanggung, dan yang paling minus menurut gua dari film ini adalah ending cerita yang kurang klimaks dan munculnya karakter "anak kecil" yang terlihat sedikit dipaksakan.

Memang film ini tampil belum sempurna, tetapi gua pribadi bisa menikmati film ini secara keseluruhan. Bahkan menurut gua film ini bisa dibandingkan dengan film-film silat buatan Hongkong ataupun Hollywood semisal "Chroucing Tiger Hiden Dragon".

Gua kasih nilai 7/10 untuk film ini